Rekomendasi Tempat Wisata Di Habitat Terakhir Badak Jawa: Taman Nasional Ujung Kulon
Temukan keajaiban alam liar yang masih lestari di Taman Nasional Ujung Kulon, rumah terakhir badak Jawa dan salah satu situs warisan dunia UNESCO. Dari tenangnya Pulau Peucang, liar dan alami di Cidaon, hingga petualangan menyusuri Sungai Cigenter dan mendaki Gunung Honje, setiap sudut Ujung Kulon adalah pengingat akan pentingnya menjaga keanekaragaman hayati Indonesia.
JAWA
Alfi Falah Akbar
7/25/20254 min read
Ujung Kulon, Simbol Harapan dan Konservasi Alam Indonesia
Taman Nasional Ujung Kulon adalah salah satu kawasan konservasi paling penting di Indonesia. Terletak di Kabupaten Pandeglang, Banten, kawasan ini merupakan rumah alami terakhir badak Jawa, salah satu spesies mamalia paling langka di dunia. Selain itu, Ujung Kulon juga menawarkan pengalaman wisata alam yang lengkap: mulai dari pantai, hutan tropis, padang rumput, hingga petualangan menyusuri sungai.
Taman Nasional Ujung Kulon bukan hanya tempat wisata, tapi juga simbol harapan bagi pelestarian keanekaragaman hayati Indonesia. Dengan statusnya sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO, tempat ini menyimpan keindahan, ketenangan, dan pelajaran penting tentang hubungan manusia dengan alam. Setiap kunjungan ke sini bukan sekadar liburan, tapi juga bentuk kontribusi terhadap konservasi. Selain menjadi tempat konservasi badak jawa Taman Nasional Ujung Kulon juga masih menyimoan banyak tempat indah yang bisa sobat kelana kunjungi. Berikut beberapa rekomedasi untuk sobat kelana yang ingin berlibur di Taman Nasioal Ujung Kulon:
1. Pulau Peucang
Pulau Peucang bisa dibilang gerbang utama menuju pengalaman menyatu dengan alam Ujung Kulon. Dengan pantai pasir putihnya yang landai, air laut sebening kaca, dan deretan pepohonan rindang di tepi pantai, pulau ini menawarkan ketenangan yang langka. Wisatawan sering kali dibuat takjub oleh keberadaan satwa liar yang bebas berkeliaran rusa yang jinak, monyet yang penasaran, hingga biawak yang melintas pelan di jalur setapak.
Akomodasi di pulau peucang tersedia dalam bentuk pondok kayu yang bersahaja tetapi menyatu dengan alam. Dari sini, sobat kelana bisa dengan mudah mengakses spot-spot lain seperti Cidaon dan Karang Copong. Beristirahat di Pulau Peucang bukan hanya tentang tidur nyenyak di alam terbuka, tapi juga tentang membiarkan diri larut dalam harmoni alam yang sederhana namun begitu menyentuh.
2. Cidaon Grazing Ground
Kalau sobat kelana ingin melihat satwa liar di habitat aslinya tanpa pagar atau kandang, Cidaon menajadi tempat yang pas untuk melihat itu. Terletak tak jauh dari Pulau Peucang, area ini berupa padang rumput luas yang jadi “tempat nongkrong” favorit kawanan banteng Jawa. Biasanya mereka muncul saat pagi atau sore hari, berjalan perlahan keluar dari hutan menuju padang untuk merumput. Rasanya seperti nonton dokumenter alam secara langsung, sunyi, tenang, dan membuat decak kagum.
Menikmati Cidaon bukan perihal tentang adrenalin, tapi tentang kedekatan alami dengan kehidupan liar. Sobat kelana cukup diam di menara pengamatan, menikmati suasana sambil sesekali memotret dari kejauhan. Semua berlangsung tanpa gangguan, tanpa atraksi, murni pengamatan etis. Jika sobat kelana beruntung, sobat kelana juga bisa melihat burung-burung liar atau jejak satwa lain di sekitar padang. Tempat ini mengajarkan satu hal bahwa keindahan alam sering kali hadir dalam kesederhanaan dan keheningan.
3. Pulau Handeuleum dan Sungai Cigenter
Jika sobat kelana menyukai sensasi menjelajah wilayah terpencil dan sunyi, maka Pulau Handeuleum dan Sungai Cigenter adalah surga kecil yang menanti untuk dijelajahi. Pulau Handeuleum sendiri dikelilingi oleh hutan mangrove yang lebat, dan menjadi tempat ideal untuk menginap sebelum menyusuri Sungai Cigenter dengan perahu kano.
Menyusuri Sungai Cigenter adalah pengalaman yang benar-benar menyejukan jiwa. Ranting-ranting pohon membentuk lorong alami di atas sungai, sementara suara serangga, burung, dan air yang tenang menemani perjalanan. Terkadang, sobat kelana akan melihat jejak satwa liar, atau bahkan satwa itu sendiri seperti biawak besar, elang laut, hingga buaya yang sunyi di tepi air. Ini bukan wisata arung jeram yang penuh teriakan, tapi perjalanan sunyi yang menyentuh jiwa.
4. Pantai Karang Ranjang
Mencapai Ujung Kulon, yang dikenal sebagai rumah terakhir Badak Jawa, dapat dilakukan melalui beberapa opsi transportasi. Lokasi ini terletak di bagian barat Pulau Jawa, Indonesia, dan akses biasanya dilakukan dari Jakarta atau kota-kota besar terdekat seperti Bandung dan Serang. Salah satu cara paling umum adalah menggunakan kendaraan pribadi. Dari Jakarta, perjalanan menuju Ujung Kulon dapat ditempuh sekitar 5-6 jam dengan mobil, tergantung kondisi lalu lintas dan rute yang dipilih.
Untuk sobat kelana yang mencari pengalaman yang benar-benar alami dan menantang, Pantai Karang Ranjang adalah hadiah bagi ketekunan. Trek sejauh tiga jam dari Pulau Peucang menuju pantai ini memang melelahkan, namun pemandangan yang menanti benar-benar memambayar rasa lelah. Karang Ranjang adalah pantai murni yang nyaris tak tersentuh, di mana laut, langit, dan pasir seolah menyatu tanpa gangguan. Di malam hari, terutama antara Agustus hingga awal Oktober, sobat kelana berpeluang menyaksikan momen langka yaitu penyu hijau atau penyu sisik datang dari laut untuk bertelur sama seperti pantai ujung genteng. Dalam kesunyian malam, dengan cahaya bulan dan suara ombak, sobat kelana akan menyaksikan salah satu siklus kehidupan paling tua di planet ini. Sebuah peristiwa hening, tetapi begitu sakral..
5. Tanjung Layar
Berdiri di Tanjung Layar adalah seperti berdiri di ujung dunia. Di sinilah daratan Pulau Jawa berakhir dan Samudra Hindia membentang tanpa batas. Dua batu karang besar yang menyerupai layar kapal menjadi penanda alami dan simbol geografis. Selain itu, sobat kelana bisa melihat sisa-sisa bangunan mercusuar Belanda yang pernah berjaya di masa lalu dimana kita bisa merasakan perpaduan antara sejarah dan keindahan alam. Waktu terbaik untuk datang ke Tanjung Layar adalah menjelang senja. Saat matahari perlahan tenggelam di balik laut, langit berubah warna, dan siluet karang raksasa tampak gagah di kejauhan menciptakan pemandangan yang begitu emosional dan menenangkan.
6. Gunung Honje
Gunung Honje berada di sisi timur Ujung Kulon dan menjadi tempat ideal bagi sobat kelana yang suka dengan trekking ringan. Jalur pendakiannya tidak ekstrem, tapi cukup menantang untuk membut sobat kelana merasakan denyut petualangan. Sepanjang jalan, sobat kelana akan melewati hutan tropis yang dihuni burung endemik, tanaman obat, dan suara alam yang masih alami. Dari beberapa titik puncak, pemandangan laut, hutan, dan langit terbuka menyatu dalam satu panorama utuh. Mendaki Gunung Honje bukan hanya tentang fisik, tapi tentang koneksi emosional dengan alam yang masih utuh dan hidup. Sebuah cara lain untuk mengenal Ujung Kulon, dari atas dan dalam.
Taman Nasional Ujung Kulon bukan hanya tempat untuk berlibur, tapi ruang untuk merenung dan kembali terhubung dengan alam yang sesungguhnya. Di antara heningnya hutan, jernihnya laut, dan jejak satwa langka, kita diingatkan betapa berharganya setiap sisi kehidupan liar yang masih tersisa. Berkunjung ke Ujung Kulon adalah langkah kecil yang berarti, bukan hanya untuk diri sendiri, tapi juga untuk masa depan alam Indonesia.
AFA/02